Sajak Agus ManajiDan Kau membidikku, menuntun mataku
pada kabut, bayang-bayang
tembakau, dan bintang-bintang.
Mengantarkan dingin kepada sumsum tulang
memaksaku melirik Engkau di hatiku.
Dan kau menangkapku, menelanjangi pikiranku
dengan lembut pupur debu di kakiku.
Ah, betapa Engkau tahu, aku bukan Rabi?ah
yang ketika musim semi tak memiliki selirikan pun
untuk bunga-bunga; mengunci jendela dan pintu rumah
dengan hati tengadah basah.
Kumasuki malam, buru-memburu dengan siang.
Dan berharap di bawah pembuluh, segala arah pun hilang;
menyisa kelam malam dan Engkau di hatiku Benderang.
2003
0 Comments:
Post a Comment
<< Home