
pencakar langit setegak menara perkasa itu dipenuhi pemangsa bertopeng nurani
penuh pesta pora dihiasi lampu bergoyang dan gelas-gelas kristal diluberi anggur kenikmatan berusia setengah abad
alunan musik beringas mengoyak kedamaian malam mengiring tarian pemuas nafsu berchachacha sambil tertawa cekikikan lepas hasrat birahi yang membuncah
persimpangan jalan didepan bangunan kesombongan itu masih seperti sebelumnya lampu silih berganti merah, hijau, kuning dan merah lagi mengikuti ketetapan tangan-tangan penguasa
tapi...ada onggokan tubuh terkapar berselimut dingin malam dan dua manusia belia yang baru menghirup udara dua tahunan bermain penuh canda tawa tak pernah menggantung harap pada dunia yang semakin congkak; perut terisi sedikit hari ini sudah lebih dari cukup
ah, aku terbenam merenung ya cuma merenung kenikmatan hidup dan kejamnya terkaman Jakarta
oh Tuhan maafkanlah hambamu yang tak berdaya melakukan apapun hanya terdiam dengan hati teriris
note:depan sebuah hotel bintang dibilangan senayan
0 Comments:
Post a Comment
<< Home